Sabtu, 11 April 2009

Profil

Kabupaten Pati

Lambang Kabupaten Pati
Berkas:Locator_kabupaten_pati.png
Peta lokasi Kabupaten Pati
Koordinat : 6°44'56,80" LS 111°02'06,96" BT Elevasi 60ft
Motto: Pati Bumi Mina Tani
Provinsi Jawa Tengah
Ibu kota Pati
Luas 1.419,07 km²
Penduduk
· Jumlah 1.189.000 (2003)
· Kepadatan 797 jiwa/km²
Pembagian administratif
· Kecamatan 21
· Desa/kelurahan 405
Dasar hukum UU No. 13/1950
Tanggal {{{tanggal}}}
Hari jadi 7 Agustus 1323
Bupati H.Tasiman, SH
Kode area telepon 0295
APBD {{{apbd}}}
DAU Rp. 337.244.000.000
Suku bangsa Jawa
Bahasa Bahasa jawa, bahasa Indonesia
Agama Islam, kristen protestan dan Katholik, Hindu, Budha, Konghucu
Flora resmi {{{flora}}}
Fauna resmi {{{fauna}}}
Zona waktu WIB
Bandar udara {{{bandar udara}}}

Situs web resmi: http://www.patikab.go.id/

Sejarah Kota Pati

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kaniraga".

Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan kuluk kaniraga" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan.

Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Kevakuman Pemerintahan di Pulau Jawa

Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.

Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.

Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan

Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan

Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama "Sapanyana".

Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara " Raden Jasari " dan " Rara Rayungwulan " gagal total.

Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.

Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama " Singasari ".

Kadipaten Pesantenan

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama " Kadipaten Pesantenan dengan gelar " Adipati Jayakusuma di Pesantenan.

Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu " Raden Tambra ". Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar " Adipati Tambranegara ". Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.

Kabupaten Pati

Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : ..... Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar "Rakai", Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.

Pati Bagian dari Majapahit

Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.

Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ..... Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.

Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.

Hari Jadi Pati

Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SMA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.

Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala " KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI " yang bermakna " Dengan bekerja keras dan penuh do'a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah ". Untuk itu maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai "Hari Jadi Kabupaten Pati".

Geografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.

Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.

Terdapat sungai besar yaitu Sungai Juwana. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.

Pembagian administratif

Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.

Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.

Slogan: Pati Bumi Mina Tani.

Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan pertanian di Indonesia.

Pariwisata


Waduk Gunung Rowo

Obyek wisata lain diantaranya adalah Waduk Gunung Rowo, yang terletak di bagian utara.

Banyu Urip

Di daerah Margorejo terdapat mata air yang cukup besar, yang digunakan untuk kolam renang. Nama tempat tersebut adalah Banyu Urip. Di sekitarnya terdapat perkebunan jambu monyet (mete).

Waduk Seloromo

Di daerah Gunung Muria, yaitu di daerah Gembong, terdapat waduk yang diberi nama Selo Romo. Waduk ini termasuk berukuran kecil, jika musim kemarau, pasti akan dangkal. Di sekitar waduk sering dipakai sebagai area perkemahan.

Gua Wareh

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gua Wareh

Wareh merupakan suatu daerah di Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo yang terletak di lereng Pengunungan Kapur Utara. Gua Wareh memang hanya merupakan gua kecil dengan panjang tak lebih dari seratus meter namun dari dalamnya mengalir air jernih tanpa henti sepanjang tahun. Selain menjadi sumber mata air bagi penduduk sekitar, Gua Wareh memiliki mitos yang sangat sakral. Air dari dalam gua ini dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Di samping Gua Wareh masih terdapat lagi Gua Lawa yang di dalamnya terdapat kubangan air yang sangat luas dan dalam. Di depan gua ini terdapat sebuah aliran sungai dangkal yang diapit oleh dua tebing curam di sisinya. Semakin disusuri ke hulu, sungai semakin terjal dengan batu-batu gunung besar yang menciptakan puluhan air tenjun kecil. Sayang di saat musim kemarau sungai ini mengering.

Di atas Gua Wareh terdapat tebing-tebing batu kapur yang sangat terjal. Tebing-tebing ini sering kali digunakan oleh para Pecinta Alam untuk menguji adrenalinnya. Karena itu di daerah ini sering menjadi ajang camping dan pelatihan panjat tebing bagi para pecinta alam dari seantero Kabupaten Pati bahkan kabupaten-kabupaten sekitarnya.

Gua, sungai, tebing dan kerasnya perbukitan kapur memberikan tantangan kepada setiap orang yang menyukai kegiatan out bond. Selain itu setiap hari libur tempat ini selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah di sekitarnya, apalagi untuk masuk tempat ini tidak dipungut biaya apapun. Sayang tempat yang indah ini sedikit terganggu oleh maraknya penambangan batu kapur dan pengambilan fosfat.

Tadah Hujan

Air Terjun Tadah Hujan

Air terjun setinggi 75 meter di Kecamatan Sukolilo ini menjadi tempat yang mengasyikkan bagi para muda mudi yang sedang memadu cinta. Meskipun airnya kurang jernih dan bagian bawah air terjun kurang nyaman untuk mandi dan bermain air, namun lokasinya yang di apit oleh tebing di kanan kirinya menimbulkan suasana yang tenang dan romantis. Selain itu tak jauh di sebelah bawah tersedia sebuah kolam renang berair jernih. Sayang lokasi wisata yang dikelola pemerintah desa setempat ini masih kurang mendapat perhatian dan perawatan.

Gua Pancur

Sebuah gua besar dan panjang yang di dalamnya diairi air setinggi orang dewasa. Konon panjangnya mencapai belasan kilometer, namun yang bisa dijelajahi dengan alat seadanya hanyalah berkisar kurang dari satu km.

Gua yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Kayen Kabupaten Pati ini pernah pernah menjadi ajang digelarnya Raimuna Daerah Gerakan Pramuka se-Jawa Tengah pada tahun 1996. Sayang lokasi wisata yang awalnya mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten sekarang terbengkalai.

Air Terjun Santi

Seperti nasib berbagai tempat indah lainnya di Kabupaten Pati, lokasi yang memiliki 3 air terjun ini tidak pernah mendapat perhatian dari Pemda Pati. Namun mugkin karena itu, ketiga air terjun yang bersembunyi di lereng Gunung Muria yang rimbun dan asri ini memiliki nilai eksotis tersendiri. Apalagi karena letak desa Santi yang jauh dari keramain. Jangankan oleh orang luar, orang Pati sendiri banyak yang belum mengenal daerah ini.

Perkebunan Kopi dan Bumi Perkemahan Jolong

Puncak Muria dilihat dari Jolong

Berlokasi di lereng Muria dengan ketinggian sekitar 1000 meter, perkebunan kopi yang merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda dan kini di kelola oleh PTPN (PT. Perkebunan Nasional) ini memiliki pemandangan yang menakjubkan. Selain itu masih bisa disaksikan juga, pabrik pengolahan kopi dan berbagai peralatannya yang masih berfungsi baik meski telah dimakan usia.

Di dekat perkampungan karyawan perkebunan disediakan sebuah bumi perkemahan yang sangat refresentatif. Bumi perkemahan ini, tentunya didukung dengan arena penjelajahan dan lintas alam yang sangat menantang. Melintasi perkebunan kopi, tebing dan jurang, beberapa air terjun kecil dan sungai kecil berbatu yang memberikan tantangan sekaligus keindahan.

Tak cukup itu. Bagi para pecinta alam, wilayah yang termasuk dalam Kecamatan Gembong ini bisa dijadikan salah satu rute alternatif untuk mencapai puncak-puncak tertinggi Gunung Muria

seperti Songolikur (Saptorenggo) dan Argojembangan.

Bumi Perkemahan Regaloh

Berada dalam naungan Perum Perhutani, Bumi Perkemahan yang terletak di Kecamatan Tlogowungu ini mempunyai kapasitas yang besar (mampu menampung lebih dari 4000 peserta) dan udara yang amat segar karena selain masih berada di lereng Gunung Muria, juga lantaran rimbunnya pepohonan yang ada di Bumi Perkemhan tersebut.

Kegiatan Kepramukaan yang dilaksanakan di Regaloh

Di sekitar Bumi Perkemhan kita dapat menikmati berbagai panorama seperti; Hutan Bambu (dengan ratusan jenis koleksinya), perkebunan murbei (makanan utama ulat sutra), Hutan Jati, pengembangbiakan lebah madu dan pengembangbiakan ulat sutra serta pemintalan benangnya. Di dukung lagi lokasinya yang mudah untuk dijangkau.

Karena tidak mengherankan jika tempat ini menjadi salah satu Bumi Perkemahan favorite di Kabupaten Pati selain Bumi Perkemahan Jolong.

Makam Mbah Mutamakkin dan Mbah Ronggo

Tempat rekreasi religius yang terletak di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso ini tak pernah sepi dari kunjungan para penziarah yang datang dari berbagai pelosok Kabupaten Pati, apalagi setiap malam Jum’at. Tidak sedikit pula yang berasal dari kota-kota lain bahkan dari luar pulau. Lokasinya yang berada di tengah-tengah komunitas santri dengan puluhan Pondok Pesantren, semakin mengentalkan nuansa religiusnya.

Mbah Mutamakkin (juga Mbah Ronggo) adalah seorang Waliyullah yang teramat dikeramatkan oleh penduduk Pati. Karenanya Haul Mbah Mutamkkin yang digelar setiap tanggal 10 bulan muharam ratusan ribu orang memadati daerah ini. Acara Haul sendiri digelar selama satu minggu

Agrowisata

Potensi Lokasi
Keanekaragaman panorama dan tumbuhan hortikultura, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan. Di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak.

Wisata Air

Potensi Lokasi
Perairan budidaya ikan air tawar (tambak) seluas 185 Ha. Desa Talun.

Air Terjun Grenjengan Sewu

Keterangan Potensi Lokasi Fasilitas
Air terjun setinggi ± 75 m. Air terjun yang berada di tengah panorama alam yang indah, kondisi masih alami dan belum digarap. Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal, ketinggian 485 m di atas permukaan laut. Jarak dari Kota Pati ± 27 Km. Jalan beraspal dan lapisan makadam sampai di Desa Jrahi.

Sendang Tirta Marta Sani

  • Objek Wisata : Kolam renang dan wisata spiritual
  • Fasilitas : Paseban tempat mengheningkan diri mohon pada Sang Pencipta
  • Padusan : Sumber air yang berasal dari sendang, konon menurut cerita, sumber air tersebut merupakan tempat air wudhu Sunan Kalijaga, tetapi “disisani” (bahasa Jawa) oleh pengawalnya. Pengawalnya kemudian disabda menjadi seekor bulus oleh Sunan Kalijaga.

Di kompleks tersebut juga terdapat makam Adipati Pragolo (Bupati Pati pada zaman Kerajaan Mataram)

Pendopo: sarana pentas kesenian khas Pati Areal parkir dan jalan beraspal, jarak ± 4 Km dari Kota Pati

Pintu Gerbang Majapahit

  • Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit
  • Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.
  • Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota Pati 4 Km.
  • Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.

Makam Mbah Tabek Merto

  • Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
  • Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia.
  • Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak.
  • Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.
  • Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.

Makam Saridin / Syeh Jangkung

  • Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).
  • Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.
  • Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
  • Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.
  • Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.

Tokoh-tokoh dari Pati

  1. KH. Sahal Mahfudz
  2. [(Alm Bp Soelaiman Dwijosoekarto)] atau lebih dikenal Mbah Leman Beliau adalah tokoh nasionalis kabupaten Pati Pencipta lambang daerah kabupaten Pati ini adalah orang yg sangat low profil meskipun putri beliau juga seorang tokoh wanita di Pati yg bernama Hj Dra Siti Soepami keluarga ini meskipun telah berbuat banyak tapi sangat tidak menonjolkan diri supaya ditokohkan karena dalam keluarga Mbah Leman bukan pribadi2 yg mencari ketokohan tapi rakyatlah yg mencari panutan dan tokoh
  3. KH. Abdullah Salam
  4. Hj. Fatimatuzzahro"
  5. Ismail Saleh
  6. Sukawi Sutarip
  7. Kwik Kian Gie
  8. Hj Dra Siti Soepami

Rupa-rupa

  • Makanan khas Pati adalah [[Nasi Gandhul]], Soto Kemiri
  • Kota Pati dikenal dengan sebutan Kota Pensiunan, karena kotanya sebagian dihuni oleh para pesiunan atau purnawirawan yang lahir atau dibesarkan di kota ini, sedang para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini. selain terkenal dengan kota pensiunan kota Pati merupakan kota santri, karena di kota tersebut banyak sekali berdiri pondok pesantren yang hampir tersebar di seluruh wilayah kabupaten Pati, di antara Ulama' yang ada di Pati adalah, KH. Sahal Mahfudz (Kajen), KH. Abdullah Salam (Kajen), KH. Mudjib Sholeh (Tayu), KH. Suyuti Abdul Qodir (Guyangan, Trangkil), KH. Imam Shofwan (Gembong), dan Kyai-Kyai yang lain.
  • Saat ini (2006) terdapat dua pabrik kacang yang terkenal, yaitu: Dua Kelinci dan Garudafood
  • Pabrik gula di Kecamatan Trangkil (PG Trangkil)
  • Dahulu terdapat kerupuk yang menggunakan bahan baku dari tanah disebut kerupuk Ampo
  • Krupuk daging juga merupakan salah satu makanan khasnya
  • Usaha penggemukan Sapi menjadi usaha yang mulai dilirik oleh sebagian warga Pati. Bahkan bukan hanya para petani saja yang menggelutinya.
  • Usaha susu sapi dapat ditemukan di Dusun Jagan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo

Artikel

Antara Kuliah dan Berorganisasi : Apakah Sebuah Pilihan ?

Berorganisasi adalah salah satu aktifitas yang paling banyak digeluti oleh seorang mahasiswa dalam dinamika kehidupannya di kampus, selain aktifitas kuliah. Bisa dikatakan aktifitas ini merupakan jantung kehidupan dunia mahasiswa. Oleh karena itu, tidak salah jika banyak sekali pilihan organisasi yang tersedia bagi mahasiswa, baik yang berada dalam internal kampus maupun organisasi mahasiswa yang tidak berada dalam naungan sebuah perguruan tinggi. Di dalam kampus, beragam jenis organisasi tersebut antara lain, organisasi “negara” mahasiswa baik di tingkat universitas, kalau perguruan tinggi itu berbentuk universitas, dan di tingkat fakultas, yang terdiri dari lembaga eksekutif yang biasanya disebut LEM ataupun BEM, dan lembaga legislatif yang akrab disebut DEMA, DPM, atau SEMA. Di tingkat jurusan, mahasiswa juga punya organisasi yang disebut himpunan mahasiswa jurusan, tergantung jurusan yang digeluti mahasiswa tersebut. Biasanya, aktifitas mahasiswa yang bergelut di organisasi mahasiswa jurusan ini terkait langsung dengan disiplin lmu yang digeluti mahasiswa tersebut. Ada juga organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang jurnalistik atau lembaga pers mahasiswa (LPM), dan organisasi-organisasi mahasiswa yang sifatnya pengembangan minat dan bakat, seperti unit olahraga, seni, pencinta alam, dan yang sejenisnya. Sementara di luar kampus biasanya terdiri dari organisasi pengkaderan dan pergerakan seperti HMI, KAMMI, GMNI, dan yang sejenisnya, serta organisasi kedaerahan. Tidak jarang juga mahasiswa mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Kenapa mahasiswa harus berorganisasi ?. Tidak sedikit jawaban atas pertanyaan ini. Yang Pasti berorganisasi bagi mahasiswa dapat menjadi ajang untuk mengaplikasikan dan mengaktualisasikan ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya baik dari perkuliahan, hasil pengalaman, membaca dan diskusi-diskusi, secara terorganisir dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata. Dari berorganisasi, seseorang dapat belajar untuk mengenal diri sendiri, mengenal orang lain yang berbeda dari dirinya, serta mampu melihat, mengakomodir, dan menyelesaikan konflik dari perbedaan tersebut. Singkatnya belajar untuk bekerja sama dengan karakter-karakter yang berbeda untuk satu tujuan sesuai dengan visi misi organisasi yang dibawakannya. Dari berorganisasi seorang juga mampu membuka jejaring dengan orang lain atau lembaga lain, yang tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti ketika si mahasiswa telah selesai dari jabatannya sebagai mahasiswa dan memasuki dunia nyata, dunia masyarakat sesungguhnya, dunia kerja, jejaring tersebut dapat menjadi hal yang sangat besar manfaatnya. Dan satu lagi lagi, dari sini kita dapat mendapat banyak teman-teman baru dan mungkin pacar baru.
Lalu bagaimana dengan tujuan utama mahasiswa untuk masuk dunia kampus, yaitu kuliah dan menuntut ilmu ?. Pertanyaan ini memang selalu muncul jika kita melihat fenomena-fenomena dan kalau mungkin bisa dikatakan stereotip bahwa mahasiswa yang berorganisasi selalu menjadi mahasiswa yang paling lama. Dengan kata lain proses perkuliahannya cenderung lama atau bahkan tidak selesai sama sekali dan menjadi “mahasiswa abadi”. Berorganisasi juga dapat menjadi hal yang ternomor sekiankan jika kita menghubungkannya dengan fenomena semakin mahalnya biaya pendidikan, yang menuntut mahasiswa untuk segera menyelesaikan kuliahnya jika ia tidak ingin terbelit soal biaya kuliah yang mahal tersebut. Apakah dengan kondisi ini berorganisasi bagi mahasiswa akan semakin ditinggalkan ?.
Bagaimana kita menyikapi persoalan tersebut atau minimal menjawab pertanyaan di atas ?. Pertama yang perlu dipahami bersama bahwa proses belajar, mencari ilmu, menambah wawasan dan pengalaman tidak hanya diproleh di bangku kuliah. Dan yang lebih penting lagi bahwa ilmu dan pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang akan hambar tanpa diaktualisasikan. Dari dunia organisasi inilah mahasiswa belajar untuk mengaplikasikan semua ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya secara sistematis dan terorganisir. Dan segala yang dilakukan tersebut akan menambah pengalaman dan menjadi sebuah proses pembelajaran yang baru. Disitulah pentingnya memadukan kedua hal tersebut, yaitu antara semua teori dan metode yang telah diperoleh mahasiswa di bangku kuliah dan mengaplikasikannya dalam bentuk kegiatan nyata dalam dunia organisasi mahasiswa.
Satu hal yang juga penting untuk dipahami bahwa seorang mahasiswa harus peka terhadap persoalan masyarakat dan bangsa. Sementara untuk bisa peka terhadap persoalan tersebut seseorang harus mampu melihat dengan jernih dan objektif segala persoalan itu. Bagaimana seorang mahasiswa bisa peka jika mereka dalam proses belajarnya tidak pernah bersentuhan langsung dengan masyarakat, tidak pernah melihat dan merasakan persoalan masyarakat, dan hanya bergelut dengan metode dan teori di kelas serta buku di perpustakaan. Membaca dan perpustakaan memang merupakan hal yang sangat penting bagi mahasiswa, kalau bisa dikatakan faktor utama dalam proses pembelajarannya. Tetapi semua yang telah dipelajari tersebut perlu untuk diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk itu, organisasi dapat menjadi jembatan bagi si mahasiswa agar mampu melihat, merasakan, bersosialisasi, dan kemudian menyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat di masyarakat. Atau minimal dari berorganisasi di tingkat mahasiswa, dapat menjadi pembelajaran bersosialisasi dan bekerja bersama tahap awal sebelum terjun langsung dalam dunia masyarakat yang sesungguhnya..
Kedua, seorang mahasiswa harus mampu menjadi manajer bagi dirinya sendiri, baik untuk melakukan manajemen aktifitas maupun manajemen waktu. Faktor inilah sebenarnya yang menjadi kunci utama keberhasilan untuk memadukan keduanya atau jika ada faktor ketiga, berarti ketiganya. Seorang mahasiswa harus mampu memutuskan dan menentukan skala prioritas bagi setiap aktifitas yang dipilihnya dengan segala pertimbangan yang rasional dan konsekuensinya. Prioritas tersebut pun seharusnya berjenjang. Dalam artian bahwa terdapat prioritas utama, kedua, ketiga seterusnya. Semua prioritas yang telah ditetapkan ini tentu harus dilakukan dengan penuh komitmen.
Setelah si mahasiswa mampu menyusun skala prioritas dari aktifitas yang telah dipilihnya, selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan manajemen waktu. Hal ini juga menjadi kunci utama dalam persoalan pilihan-pilihan aktifitas yang dipilih oleh mahasiswa dengan kata lain antara berorganisasi dan kuliah. Mahasiswa harus mampu membagi waktu sebisa mungkin agar semua faktor-faktor tersebut dapat dilakukan. Namun apabila terjadi benturan waktu, maka si mahasiswa sudah memiliki prioritas yang didahulukan dan alternatif penyelesaian lainnya.
Berorganisasi sebenarnya bukanlah hal yang sulit dan menakutkan. Berorganisasi justru dapat menjadi pelajaran penting dalam menghadapi persoalan pelik yang selama ini menjadi momok mahasiswa, yaitu mencari pekerjaan setelah lulus dari kampus. Ini adalah salah satu yang dapat dijadikan alternatif dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan di kampus. Inilah salah satu bagian dari proses si mahasiswa dalam membentuk pola berpikir sistematis dan membiasakan diri untuk menyelesaikan persoalan secara sistematis pula. Artinya antara menggali ilmu dan pengetahuan lewat kuliah, membaca, dan mengaktualisasikannya lewat aktifitas berorganisasi adalah salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi, semua itu kembali lagi pada pribadi si mahasiswa. Karena persoalan-persoalan yang muncul dan dihadapi si mahasiswa dalam dunia kampus dengan segala dinamikanya dan dunianya di luar kampus sangat beragam.

Woro-woro!!!

**************PENGUMUMAN****************


SALAM GANDUL!!!

UNTUK SEMUA KAWAN-KAWAN ANGOTA MAUPUN PENGURUS (wis go pokok'e cah pati sing neng ikip pgri semarang) DIMOHON UNTUK KEHADIRANYA PADA HARI SELASA TANGGAL 14 APRIL 2009 JAM 18.30 WIB (Tepat!!!) DIDEPAN REKTORAT LAMA GU.

ACARA

NGUMPUL, SHARING, EN YANG PALING PENTING KETEMU ARTIS!!!



INFO (LUHUR Cp.085326215454)